Sitanggu
adalah kampung yang terletak di daerah yang menanjak. Alam pegunungan membuat
suasananya sejuk. Seorang pemuda bernama Agum sedang berkumpul bersama
teman-temannya di sebuah warung, menikmati udara pagi yang masih gelap sambil
ditemani kopi, rokok, dan gorengan.
Dari
atas, terdengar suara mesin truk, kemudian...
Krak...
Kress... Krats... Duaaar!
Suara
ranting-ranting patah dengan cepat disusul oleh suara ledakan yang sangat keras
seperti bom, memecah kesunyian dengan dahsyat. Warga langsung keluar dari
rumahnya. Dari jalan sebelah atas, terlihat nyala api yang sangat terang
disertai asap hitam pekat membumbung ke udara.
Agum dan
warga berduyun-duyun menuju lokasi kejadian. Disana, di samping kiri jalan yang
merupakan jurang, terdapat sebuah truk tangki bahan bakar minyak yang sedang
terbakar hebat. Bagian depannya nyaris tidak berbentuk lagi.
Hingga
beberapa menit berlalu, api masih menyala besar akibat pepohonan lebat
disekitarnya yang ikut terbakar. Belum ada warga yang berani turun. Pemadam
kebakaran pun dipastikan lama tibanya karena letakkampung yang jauh dari kota.
Dari api
yang membara, muncul sesosok tubuh yang terbakar berjalan luntang-lantung.
Kebetulan hanya Agum dan seorang temannya yang melihat. Mereka berdua segera
turun ke bawah.
Sempat mencari-cari sebentar di rerimbunan pohon, akhirnya mereka
menemukan sosok tersebut di bibir sungai sedang bersiap menceburkan diri,
kemudian...
Cebur!
Api yang melahap tubuhnya seketika hilang. Betapa terkejutnya Agum
ketika dia bisa melihat dengan jelas sosok tersebut adalah seorang laki-laki
tampan bertubuh atletis. Tapi yang lebih mengejutkannya adalah tidak ada
sedikitpun bekas terbakar di tubuhnya.
“Woi kalian kok malah bengong, bukannya nolongin... saya pinjem
pakaian boleh gak, pakaian saya tadi abis kebakar, kalian lihat sendiri kan?
Jangan khawatir, nanti saya kembaliin.”
Teman Agum segera naik ke atas menuju rumahnya.
“A... a... aku... aku gak percaya dengan ini... si... siapa kamu?
Harusnya kamu udah mati... tapi tidak ada luka sedikitpun?”
“Nanti saya jelasin kalo udah pake baju.”
Teman Agum pun datang sambil membawakan pakaian dalam, celana, dan
kaus.
“Baiklah, tapi cuman kalian aja yang tahu, oke!”
Agum dan temannya mengangguk.
“Saya Superman....”
“Sup apa?” Tanya Agum.
“Superman.”
“Apa? Bagaimana mungkin kamu ini Super...”
“Kalian liat aku enggak apa-apa kan walaupun udah kebakar api,
masih belum percaya?”
“Ya aku percaya...”
“Tapi, kalau memang benar kamu Superman, ngapain kamu disini,
bukannya pekerjaan kamu itu wartawan, dan pacar kamu itu Lilis eh Luis
maksudnya?”
“Ya... itu dua tahun yang lalu, sekarang saya jualan baju.
Kebetulan tadi saya lagi lari pagi, karena sambil dengerin musik dan mata
merem, gak nyadar dari depan itu truk langsung nabrak saya, mungkin remnya
blong. Sadar-sadar udah kebakar, sial banget kan?”
Setelah bercakap-cakap cukup lama, Superman langsung terbang
pulang ke rumahnya. Tidak ada warga yang melihat karena hari masih cukup gelap.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar