Kamis, 17 Desember 2015

Sosok Misterius

Sitanggu adalah kampung yang terletak di daerah yang menanjak. Alam pegunungan membuat suasananya sejuk. Seorang pemuda bernama Agum sedang berkumpul bersama teman-temannya di sebuah warung, menikmati udara pagi yang masih gelap sambil ditemani kopi, rokok, dan gorengan.

Dari atas, terdengar suara mesin truk, kemudian...

Krak... Kress... Krats... Duaaar!

Suara ranting-ranting patah dengan cepat disusul oleh suara ledakan yang sangat keras seperti bom, memecah kesunyian dengan dahsyat. Warga langsung keluar dari rumahnya. Dari jalan sebelah atas, terlihat nyala api yang sangat terang disertai asap hitam pekat membumbung ke udara.

Agum dan warga berduyun-duyun menuju lokasi kejadian. Disana, di samping kiri jalan yang merupakan jurang, terdapat sebuah truk tangki bahan bakar minyak yang sedang terbakar hebat. Bagian depannya nyaris tidak berbentuk lagi.

Hingga beberapa menit berlalu, api masih menyala besar akibat pepohonan lebat disekitarnya yang ikut terbakar. Belum ada warga yang berani turun. Pemadam kebakaran pun dipastikan lama tibanya karena letakkampung yang jauh dari kota.

Dari api yang membara, muncul sesosok tubuh yang terbakar berjalan luntang-lantung. Kebetulan hanya Agum dan seorang temannya yang melihat. Mereka berdua segera turun ke bawah.

Sempat mencari-cari sebentar di rerimbunan pohon, akhirnya mereka menemukan sosok tersebut di bibir sungai sedang bersiap menceburkan diri, kemudian...

Cebur!

Api yang melahap tubuhnya seketika hilang. Betapa terkejutnya Agum ketika dia bisa melihat dengan jelas sosok tersebut adalah seorang laki-laki tampan bertubuh atletis. Tapi yang lebih mengejutkannya adalah tidak ada sedikitpun bekas terbakar di tubuhnya.

“Woi kalian kok malah bengong, bukannya nolongin... saya pinjem pakaian boleh gak, pakaian saya tadi abis kebakar, kalian lihat sendiri kan? Jangan khawatir, nanti saya kembaliin.”

Teman Agum segera naik ke atas menuju rumahnya.

“A... a... aku... aku gak percaya dengan ini... si... siapa kamu? Harusnya kamu udah mati... tapi tidak ada luka sedikitpun?”

“Nanti saya jelasin kalo udah pake baju.”

Teman Agum pun datang sambil membawakan pakaian dalam, celana, dan kaus.

“Baiklah, tapi cuman kalian aja yang tahu, oke!”

Agum dan temannya mengangguk.

“Saya Superman....”

“Sup apa?” Tanya Agum.

“Superman.”

“Apa? Bagaimana mungkin kamu ini Super...”

“Kalian liat aku enggak apa-apa kan walaupun udah kebakar api, masih belum percaya?”

“Ya aku percaya...”

“Tapi, kalau memang benar kamu Superman, ngapain kamu disini, bukannya pekerjaan kamu itu wartawan, dan pacar kamu itu Lilis eh Luis maksudnya?”

“Ya... itu dua tahun yang lalu, sekarang saya jualan baju. Kebetulan tadi saya lagi lari pagi, karena sambil dengerin musik dan mata merem, gak nyadar dari depan itu truk langsung nabrak saya, mungkin remnya blong. Sadar-sadar udah kebakar, sial banget kan?”

Setelah bercakap-cakap cukup lama, Superman langsung terbang pulang ke rumahnya. Tidak ada warga yang melihat karena hari masih cukup gelap.

Nasib si Reaktor

Sebagai orang yang berkecimpung di bidang Teknologi Informasi (TI), tas punggung berisi Laptop, Smartphone, dan pakaian rapih adalah yang harus ada pada diri Arif; menjadikannya semacam seragam yang mesti dikenakan setiap hari, termasuk ketika sedang jalan-jalan.

Ketika sedang bersantai di sebuah kios kue alun-alun kota, dia melihat seorang perempuan muda sedang berlari mengejar seorang lelaki berbadan besar yang memegang sebuah tas berwarna merah.

“Itu pasti jambret, aku harus menolongnya!”

Arif menitipkan barang-barangnya pada pemilik kios, kemudian mengejar lelaki tersebut.

Ketika tepat berada puluhan sentimeterdi belakangnya, Arif segera loncat dan menahan kedua kakinya, membuatnya langsung terjatuh dengan posisi dada dan muka membentur tanah hingga berdarah.

“Aha, kena kamu! Sekarang kembalikan tas itu!”

Beberapa saat kemudian datang sekelompok lelaki yang bukannya membantu Arif, tapi malah menghajarnya.

Duk! Duak! Kapow!

“Bentar... ben... bentar... tahan dulu! Kenapa malah saya yang dihajar, saya kan mencoba menolong perempuan itu darijambret ini?”

“Menolong? Kamu mengacaukan semuanya!” Kata seorang lelaki berkemeja hitam, “Adegannya, pemainnya, dan waktunya; kami sedang membuat film, kamu tidak lihat?”

Arif melihat sekelilingnya, ada sejumlah kru film beserta peralatannya. Semua orang hanya menatapnya kosong. Dia tidak bisa berkata apa-apa lagi selain 'maaf'. Sambil tertunduk dengan mukanya yang lebam-lebam, dia kembali ke kios, lalu pulang ke rumahnya.

Selasa, 15 Desember 2015

Pelesetan Superhero Amerika: Rahasia Kostum Wonderwoman

Tiga orang superhero ternama kelas dunia sedang bersantai di sebuah bar di kota New York. Mereka adalah Batman, Superman, dan Wonderwoman.

“Ngomong-ngomong, kenapa sih kalian pake celana dalemnya diluar, terus pake sayap lagi?” Tanya Wonderwoman.

“Kalo aku sih pake celana dalem diluar cuman masalah estetika aja biar keliatan kuat kayak binaragawan gitu; terus sayap juga sama, biar ada wibawanya, kebayang kan kalo aku gak pake sayap? Kayak kepala tanpa rambut.” Jawab Superman.

“Aku juga sama, cuman kalo buat aku, sayap ada fungsi buat ngelindungin badan dari dingin, kan aku kerjanya malem-malem; juga buat nyembunyiin peralatan rahasia juga.” Kata Batman.

“Nah, kamu sendiri kenapa kostumnya seksi banget kayak mau renang?” Tanya Superman.

“Hmmm... kalian mau tau?”

“Karena dengan kostum seksi seperti itu yang nakal, bisa bikin musuh yang cowok pikirannya jadi ngeres, pikiran ngeres kan jadi kacau fokusnya, fokus kacau jadi gampang kan ngurusinnya? Lah itu rahasia umum kali.”

“Ooo... begitu....” kata Batman dan Superman.

Jumat, 11 Desember 2015

Piring Terbang

Ketika aku sedang asyik ngumpul bareng teman-teman sambil ditemani pisang goreng dan kopi di saung dekat sawah, tiba-tiba datang si Boni yang berlari seperti dikejar hantu.

“Buuud! Buuud!”

“Wow wow wow... tenang... tenang... kenapa Don?” Tanyaku.

“Disana ada piring terbang Bud!”

“Eeeh... piring terbang, apa yang kamu bicarakan?”

“Lebih baik kita kesana sekarang dan melihatnya!” Kata Boni.

Kami sampai didekat sebuah rumah yang memiliki kebun yang luas. Aku melihat ke langit, tidak ada apapun, selain warna birunya dan awan-awan putih.

Dari sebuah pintu belakang rumah tersebut, tiba-tiba muncul sebuah sendok yang melayang, kemudian garpu, kemudian mangkuk, kemudian... piring!

Melihat kami, seorang ibu-ibu di dalam rumah tersebut langsung marah dan mengarahkan lemparannya kepada kami.

Beberapa saat kemudian datang seorang ibu-ibu lain. “Sudah, jangan diganggu, pergi dari sini, ibu itu lagi stres gara-gara mobilnya yang baru dia beli seminggu yang lalu, hilang waktu diparkir di pasar.”

“Eih... apa?” Kataku.

Setelah itu kamipun kembali ke saung. Kukira piring terbang alien, eh ternyata piring makan yang diterbangkan oleh ibu-ibu stres. 

“Buuud! Buuud!”

“Wow wow wow... tenang... tenang... kenapa Don?” Tanyaku.

“Disana ada piring terbang Bud!”

“Eeeh... piring terbang, apa yang kamu bicarakan?”

“Lebih baik kita kesana sekarang dan melihatnya!” Kata Boni.

Kami sampai didekat sebuah rumah yang memiliki kebun yang luas. Aku melihat ke langit, tidak ada apapun, selain warna birunya dan awan-awan putih.

Dari sebuah pintu belakang rumah tersebut, tiba-tiba muncul sebuah sendok yang melayang, kemudian garpu, kemudian mangkuk, kemudian... piring!

Melihat kami, seorang ibu-ibu di dalam rumah tersebut langsung marah dan mengarahkan lemparannya kepada kami.

Beberapa saat kemudian datang seorang ibu-ibu lain. “Sudah, jangan diganggu, pergi dari sini, ibu itu lagi stres gara-gara mobilnya yang baru dia beli seminggu yang lalu, hilang waktu diparkir di pasar.”

“Eih... apa?” Kataku.

Setelah itu kamipun kembali ke saung. Kukira piring terbang alien, eh ternyata piring makan yang diterbangkan oleh ibu-ibu stres.

Kamis, 10 Desember 2015

Mobil Misterius

Pagi itu para warga berkumpul di rumah pak Wisnu, membahas tentang mobil misterius yang kerap muncul di malam hari. Misterius karena mobil tersebut berjalan sendiri tanpa ada seorangpun di dalamnya, dan selalu muncul di malam hari. Meskipun tidak mengganggu, tetap membuat warga resah dan penasaran. Haris, seorang pemuda yang masih orang baru di kampung itu, sangat antusias dengan masalah ini, karena di kampung lamanya pernah terjadi kasus serupa, yaitu delman hantu yang berjalan tanpa ditarik kuda dan tidak ada orangnya.

Malam Jumat, Haris dan para pemuda melakukan ronda malam. Mereka menanti kehadiran mobil misterius tersebut. Namun hingga adzan shubuh berkumandang, tidak juga muncul. Esok malamnya pun masih samahingga malam Senin. Yang muncul hanyalah sebuah mobil berisi sekumpulan anak muda glamor yang hendak pesta ke kota.

Malam Rabu minggu depan, ketika sedang tidur, Haris dibangunkan oleh temannya bahwa mobil misterius tersebut muncul di jalan dekat lapangan sepak bola. Secara sembunyi-sembunyi, para pemuda mengawasi mobil tersebut perlahan melaju mengelilingisekitar lapangan, kemudian masuk ke lapangan. Lampu jalan yang menembus kaca depan, menunjukkan tidak ada seorangpun di dalamnya.

Setelah itu mereka memutuskan untuk mendekatinya. Tanpa diduga, mobil tersebut menabrak salah seorang pemuda hingga terpental; membuat mereka marah lalu menendang, memukul, dan menggoyang-goyangkan mobil tersebut. Namun itu malah membuat mobil terus melaju hingga tertahan oleh pepohonan.

Tiba-tiba, muncul dua orang lelaki muda berkacamata.

“Tunggu! Tahan! Jangan rusak mobil itu!”

“Siapa kalian?” Tanya Haris.

“Kami pegawai perusahaan yang sedang menguji mobil yang dikendalikan dari jarak jauh oleh komputer.”

“Haaah?” Kata yang lainnya.

Setelah mendengar penjelasan dari kedua lelaki berkacamata tersebut, Haris dan pemuda lainnya memutuskan untuk bubar. Akhirnya teka-teki mobil misterius yang selama ini menghantui kampung tersebut, selesai sudah.

“Uh dasar perusahaan, bikin percobaan di daerah orang lain seenaknya saja gak bilang-bilang dulu!” Gerutu Haris.

Rabu, 09 Desember 2015

Gadis itu Bernama...

Srat! Tepat di depan Beni, seorang pengendara sepeda motor menjambret tas milik seorang ibu-ibu pejalan kaki. Ibu-ibu tersebut berteriak minta tolong, namun keadaan yang sepi membuat si penjambret leluasa kabur.

Masih dalam pandangan, Beni langsung memacu kencang sepeda motornya. Hingga daerah keramaian, Beni masih bisa melihatnya; namun si penjambret berhasil lolos setelah memasuki wilayah pemukiman. Tidak bisa menemukannya, Beni memilih pulang; tapi bensin yang hampir kosong mengharuskannya mampir dulu ke sebuah SPBU.

Di SPBU, dia malah jengkel karena antrian yang panjang, dan adanya orang-orang 'elite' yang tidak mengantri, ditambah asap dari sebuah truk pabrik.

Tiba-tiba matanya kemudian tertuju pada seorang gadis yang sedang berdiri di ujung.

“Cantik sekali...”

Hatinya yang tadi sumpek, seketika menjadi adem.

***

Dua hari kemudian, Beni kembali melalui jalan tadi untuk memata-matai jika jambret tersebut muncul lagi. Masih penasaran dengan si gadis, dia menuju SPBU kemarin.

Betapa senangnya Beni dapat melihat kembali si gadis. Dia ingin berkenalan, tapi belum berani. Keesokan harinya pun sama, hanya melihat dari kejauhan sambil mengagumi pesonanya.

***

Hari keempat, Beni memberanikan diri untuk berkenalan dengan si gadis. Tapi sayangnya gadis tersebut tidak ada disana.

Hari kelima dan keenam, masih belum menyerah, dia kembali kesana, tapi gadis tersebut masih tidak ada juga.

Hari ketujuh semangatnya hampir hilang, tapi menyerah bukanlah pilihannya. Di hari ini akhirnya dia dapat melihat si gadis.

Beni turun dari sepeda motornya, lalu menghampiri si gadis. Rambutnya yang sedikit acak-acakan dia rapikan oleh tangannya.

“Sore neng.”

“Sore juga, ada apa?”

“Sa... saya... saya Beni.”

“Siapa ya?”

“Iya saya Beni... ummm... cuman mau kenalan aja.”

“Kenalan? Apa ada yang penting sekali?”

“Pengen tau aja nama eneng siapa, he...”

“Hmmm, saya Nurlaela.”

“Oh Nurlaela... dipanggilnya apa?”

“Lela.”

“Eh... ehm... neng Lela, selama ini saya suka merhatiin eneng terus. Neng itu cantik, anggun, kulitnya bersih terang, menimbulkan semacam perasaan sejuk gitu di hati saya.”

“Oh makasih, tapi ini judulnya acara gombal seperti di TV atau ngerayu gitu ya?”

“Enggak... hehehe... pengen kenalan aja....”

“Ngomong-ngomong, neng sepertinya sering sekali ada disini ya, ngapain sih neng?”

Nurlaela tersenyum kecil. “Nungguin seseorang.”

“Seseorang? Waduh... udah punya pacar dong? Atau jangan-jangan, udah punya suami?”

“Enggak, saya sendiri kok, orang masih 19 tahun juga.”

“Owh, lebih tuaan saya dong.”

“Hmmm... gitu ya?”

“Iya, hehe... jadi, nungguin siapa dong neng?”

“Saya lagi nungguin...”

“Ummm...”

“Nungguin temen saya tuh baru beres jam kerjanya, sekarang giliran saya yang kerja.”

“Kerja apa gitu neng?”

“Ngeladenin orang yang mau ngisi bensin lah, kan saya kerja disini, gimana sih akang ini.”

“Oh iya yah...” Beni menggaruk-garuk kepalanya.

Mobil Baru si Bagja

Sore itu sehabis kerja, Bagja mengendarai mobil sedannya yang baru saja dia beli. Saking senangnya, dia bernyanyi-nyanyi sambil menyetel musik Rock n' Roll kesukaannya. Suara raungan gitar dan vokal yang melengking memenuhi mobil yang hanya diisi oleh dirinya sendiri.

Saat memasuki daerah pemukiman penduduk, tiba-tiba, mesin mobil tersebut mati. Coba dihidupkan kembali, tidak bisa; dicoba berkali-kali lagi, masih tetap tidak menyala. Diperiksa mesinnya, semua tampak baik-baik saja. Roda, ban, dan rem pun tidak ada yang bermasalah.

Bagja kebingungan, dia melamun. Diluar hujan turun dengan cepat. Di dasbor, terdapat sebatang coklat pemberian kekasihnya yang menutupi panel kemudi, dia tersenyum.

Ketika sedang mengunyah coklat tersebut, matanya tertuju pada panel indikator bahan bakar yang merah menyala, menandakan bahwa tangkinya kosong.

“Aduh!” Bagja menepuk dahinya, “lupa... pantas mesinnya mati....”

Terpaksa dia harus meminta tolong pada warga sekitar untuk menderek mobilnya ke sebuah SPBU yang letaknya cukup jauh dari sana.

Sabtu, 05 Desember 2015

Pelesetan Batman: 'Blunder' si Joker

Malam itu, markas Joker diserang oleh Batman, Robin, dan Batgirl. Pasukan Joker berhasil membunuh Robin dan Batgirl, tetapi Batman dapat menghabisi mereka semua hingga tersisa Joker saja.

Sebelum berhadapan dengan Batman, Joker mendengarkan rekaman seorang agen mata-matanya yang memberitahu kelemahan Batman.

Di atap gedung, Joker beradu jotos dengan Batman. Tentu saja Joker bukan tandingan Batman. Berkali-kali Joker melayangkan pukulannya, tapi tidak berefek sama sekali; sebaliknya, dengan mudah Batman mendaratkan bogemnya yang membuat Joker kelabakan. Meskipun demikian, Joker terus tertawa.

Batman melempar Joker hingga hampir terjatuh dari gedung, tapi dia memegang kerah bajunya. Joker sudah tahu dengan kebiasaan ini, dia tahu Batman tidak akan pernah membunuh musuh-musuhnya.

“Ada kata-kata terakhir?” Tanya Batman.

“Ada! Tapi pertanyaan...”

“Katakan!”

“Kapan nikah?”

“Hah, aku sudah kebal dengan itu, yang lain!”

“Baik...”

“Apa kelemahan Superman?”

“Batu kripton!”

“Terlalu mudah, berikan pertanyaan yang lebih sulit!”

“Hmmm... baiklah...” Joker mengeluarkan sesuatu dari saku jasnya, “berbicara tentang batu kripton, kamu tahu ini apa?”

Batman memandang tajam ke tangan Joker.

“Apa? Aaah... tidaaak!”

“Hehehehehe... kenapa Man?”

“Sialan kau Joker! Jangan buah peria itu! Aaargh!”

“Hahaha...” Joker tertawa puas, “kamu sama seperti Superman, sama-sama superhero yang memiliki kelemahan!”

“Tidak... Joker, plis!”

Batman melepaskan pegangannya. Membuat Joker langsung terjatuh dari puncak gedung 10 tingkat tersebut.

“Oh sial...” kata Joker.

Duak! Tubuhnya menghantam beton. Dia langsung tewas. Belum cukup sampai disitu, sebuah truk pengangkut sampah melewat dan... craaak! Tamatlah riwayatnya.

Jumat, 04 Desember 2015

Pelesetan Transformers: Kejeniusan Megatron

Suatu hari, Decepticon mendatangi Jakarta untuk mencari Sam yang kabur dari Amerika Serikat. Sam memegang sebuah kacamata yang menyimpan koordinat lokasi The Cube.

Setelah penyamarannya terbongkar oleh aksi konyol agen Sector Seven yang dipimpin oleh Simon, Decepticon membuat kerusakan disana-sini. Autobot segera datang untuk melawan, tapi mereka dapat dipojokkan. Pasukan Indonesia yang datang pun berhasil dihancurkan dengan mudah.

Ketika Megatron akan membunuh Optimus, senjata di tangannya tiba-tiba macet. Kemudian dia melihat ke lubang senjatanya sambil dikocok-kocok.

Duar!

Senjata pamungkas tersebut meletus dan meledakkan kepala Megatron berkeping-keping. Peluru energinya tembus hingga mengenai dada Starscream yang berdiri di belakangnya.

Duar!

Dada Starscream pun meledak. Kedua pentolan Decepticon tersebut langsung rubuh ke tanah tak bergerak lagi.

Melihat keduanya mati, anggota Decepticon yang lain menjadi kalang kabut. Optimus segera mengambil kesempatan, dan langsung menghajar para Decepticon, diikuti oleh Autobot lainnya.

Akhirnya semua Decepticon dapat dihabisi. Dunia terselamatkan. Sam dan Mikaela yang dari tadi menonton dari kejauhan segera datang ke TKP.

“Waw... kukira Megatron benar-benar jenius.” Kata Sam.

Rabu, 02 Desember 2015

Orangtua Selalu Benar

Pagi itu, setengah berlari Agus menuju sebuah ruangan yang terletak di pojok lorong gedung. Sampai di depan pintu, dia melihat seorang bapak-bapak bertubuh tinggi besar sedang duduk di kursi depan kelas.

“Pagi pak, maaf telat.”

“Silahkan duduk Gus.”

Pak Domo, itulah nama dosen tersebut. Selain mengajar mata kuliah Matematika di kelasnya saat ini, dia juga mengajar mata kuliah Fisika dan Statistika di kelas lainnya.

“Yang lainnya kemana Gus?” Tanya pak Domo sambil membagi-bagikan kertas soal ujian.

“Gak tau pak, gak liat sama gak ada kabar.”

Melihat soal ujian tersebut, Agus terpana sambil menggaruk-garuk kepalanya.

***

Satu jam lewat lima belas menit pun berlalu. Belum ada satupun soal yang dijawab Agus. Matanya tampak berat, dan rambutnya acak-acakan. Waktu yang tersisa tinggal lima belas menit lagi.

Pak Domo merogoh saku bajunya, “halo?” Lalu berjalan keluar kelas. Sampai 5 menit dia belum kembali.

Agus segera memanfaatkan kesempatan tersebut dengan menghampiri Fikri dan Nida. Tanpa basa-basi dia langsung menyalin apa yang ada di kertas jawaban mereka berdua.

***

Minggu depannya ketika bertemu kembali dengan kuliah Matematika, pak Domo memberikan kertas jawaban ujian pada Agus.

“Nyontek darimana Gus?”

Jantung Agus langsung berdetak kencang. “Anu pak... mmm...”

“Ini kok jawabannya dari nomer 1 sampai 10 sama dengan Fikri, sisanya dari 11 sampai 20 sama dengan Nida?”

“Yang lainnya juga jawabannya ada yang sama, tapi kayaknya cuman kamu aja yang nyontek ke Fikri sama Nida, kenapa Gus? Padahal jawaban mereka juga banyak yang salah.”

“Itu pak... mmm...”

“Iya Gus?”

“Soalnya mereka kan suami-istri dan udah punya anak, saya kira jawaban mereka bakalan benar semua, soalnya kan orangtua selalu benar.”

Pak Domo mengangkat tinggi alisnya. “Kata siapa itu Gus?”

“Kata ibu saya pak...”

“Hmmm...” pak Domo mendekati Agus, kemudian mengangkat jempolnya tepat di depan muka Agus.

“Benar sekali Gus, seratus buat kamu!”

“Besok ke ruangan samping laboratorium komputer ya, remedial!”

“Aduh pak...” Agus menempelkan tangannya ke jidat.