Kamis, 24 Maret 2016

Senjata Rahasia Soni

Dor! Suara tembakan terdengar jelas menggelegar di udara. Memecah keheningan malam itu.

Seorang lelaki berbadan tinggi besar berlari dengan cepat menyusuri gang sempit, diikuti oleh dua orang lelaki lain yang memegang pistol di tangannya.

Lelaki berbadan besar itu kemudian menemui tembok di ujung gang. Begitupun di sebelah kanan-kirinya yang hanya tembok tinggi.

“Tidak ada jalan lagi Son... sekarang angkat tangan dan balikkan badanmu kesini!” Kata seorang lelaki yang mengejarnya.

“Akhirnya, setelah 3 tahun menjadi buronan, malam ini petualanganmu berakhir.” Tambah lelaki pengejar yang satunya lagi.

Soni membalikkan badannya, wajahnya terlihat datar, kemudian dia mengangkat tangannya perlahan.

Kedua polisi tadi masih menodongkan pistol ke arahnya.

“Uuuh! Bau apa ini?” Kata seorang polisi itu.

Soni tersenyum kecil, “itu adalah bau [sensor] ku yang menjadi senjata rahasia, hahaha!”

“Sialan! Baunya... menusuk hidung, tenggorokan, dan paru-paruku!”

“Kurangajar kamu Son! Baj... jing....”

Kedua polisi itupun ambruk tak sadarkan diri ke tanah.

Soni melangkahi tubuh keduanya, kemudian pergi dari tempat itu. Akhirnya dia kembali lolos dari kejaran polisi yang selalu berusaha menangkapnya selama ini.

Tas Kejutan

Tengah siang itu, Boni dan Dodi sedang duduk-duduk di bawah sebuah pohon yang melindungi mereka dari terik matahari. Di ujung jalan, mereka melihat seorang pengendara sepeda motor yang akan melewati jalan di depan mereka. Mereka berdua saling menatap satu sama lain sambil tersenyum. Mata mereka dengan tajam memperhatikan pengendara tersebut.

Beberapa saat kemudian...

Boni ke tengah jalan sambil melambai-lambaikan kedua tangannya.

Pengendara lelaki tersebut berhenti, “kenapa ya bang?”

“Maaf bisa minta tolong, apa anda membawa kunci pas? Ini motor saya bermasalah.” Jawab Boni.

“Oh, ada.” Pengendara itu lalu meminggirkan sepeda motornya.

Ketika sedang melihat mesin sepeda motor Boni, Dodi muncul dari balik semak-semak, kemudian menempelkan sebuah kain ke hidungnya. Tak sampai 5 detik, pengendara itu langsung tak sadarkan diri.

Boni segera menyeret tubuhnya ke semak-semak, mengambil tas di punggung, lalu pergi membawa kabur sepeda motornya. Sedangkan Dodi menggunakan sepeda motor Boni.

***

Di rumah kontrakan Boni, mereka berdua tertawa-tawa sambil merokok dan minum-minum.

“Kerja bagus Dod!” Kata Boni.

“Ya ya ya, hahaha! Sepertinya isi tas itu berharga sekali Bon...” balas Dodi.

Boni mengambil tas tersebut, “uh... berat juga, apa ya isinya?”

Sreeet... Boni mengeluarkan sebuah kotak kardus dari dalamnya.

“Ha... sepertinya benda yang sangat berharga!” Kata Boni.

Kardus pun dibuka, dan ternyata isinya adalah...

Sebuah bom waktu rakitan, dan layar LED-nya yang berwarna merah menunjukkan angka: 00.00.03

“Apa?” kata Boni.

Tatapan Dodi terlihat kosong.

DUAAARRR!!!

Bom tersebut meledak, mereka berdua tewas seketika. Rumah kontrakan tersebut langsung hancur berkeping-keping. Beruntung tidak ada korban jiwa lain selain mereka berdua karena rumah tersebut tidak menyatu dengan rumah warga yang lainnya.

Kamis, 17 Maret 2016

Roda yang Berputar

Kalian lihat, dengar, dan rasakan sendiri, kalau mereka sekarang sedang menertawakan kita
Menertawakan semua kebodohan yang telah kita lakukan
Bodoh karena kita menuruti hawa nafsu daripada akal sehat
Dulu mereka berada dibawah kita, sekarang diatas
Sekaranglah kesempatan mereka menari-nari diatas kita

Terkadang kita ingin melakukan sesuatu pada mereka
Sesuatu yang dapat menutup mulut dan menghentikan tarian mereka
Tapi melakukan itu hanya menambah kebodohan kita
Menumpuk terus menumpuk hingga kebodohan itu menjadi gunung
Gunung yang disebut gunung kebodohan

Hidup bagaikan berada di roda yang berputar
Marilah kita terima ini semua dengan lapang dada
Karena akal sehat selalu memberikan yang baik
Biarkan saja mereka tertawa dan menari-nari
Sedang kita mempersiapkan posisi berikutnya
Posisi ketika kita berada di atas
Karena nanti angin akan bertiup lebih kencang

Rabu, 16 Maret 2016

Asap Utara

Tolong!
Tutuplah pintu itu!
Tutuplah jendela itu!
Tutuplah tirai itu!
Aku tidak mau asap itu masuk
Karena itu akan membuatku mati membusuk
Bagaimana bisa, padahal warnanya putih dan baunya harum?
Memang... memang baunya harum
Tapi ketika terhirup, efeknya akan seperti bertahun-tahun tidak minum
Darimana asalnya? Asap itu berasal dari utara
Datang secara perlahan tidak disadari kita
Karena warna dan baunya yang mempesona
Membuat tidak sedikitpun kita curiga
Dan ketika hal-hal yang tidak diinginkan terjadi
Semuanya terlambat untuk diatasi

Minggu, 13 Maret 2016

T-E-H

T-E-H
Itulah tiga huruf yang menjadi satu kata sederhana
Sederhana tetapi sangat bermakna
Ketika dicampur dengan air, maka akan menjadi suatu minuman
Minuman yang menyehatkan
Dan ketika dicampur lagi dengan gula
Akan jadi minuman yang membuat ketagihan
Baunya tidak kuat, tapi menenangkan
Dan kalau ditambah limau akan jadi minuman yang menyegarkan
Terkadang bisa dijadikan teman kalau sedang sendirian
Tapi benar-benar menjadi sahabat kalau bersama makanan ringan
Itulah teh

Kemewahan

Bergerak...
Kita bergerak kesana-kemari dengan cepat
Sangat cepat malah
Berusaha mencari dan meraih sesuatu
Sesuatu yang kita sebut dengan: kemewahan
Kita begitu bernafsu padanya
Sampai takut hidup akan berakhir kalau tanpanya
Bahkan kita menganggap alam ini diciptakan olehnya
Sehingga kita menyembah-nyembahnya
Begitu kita mengagungkannya siang-malam
Tanpa mempedulikan rasa lelah yang ada
Orang lain yang tidak menyembahnya kita kafirkan
Orang lain yang mengkritiknya kita kucilkan
Dan orang lain yang memiliki keduanya kita musnahkan

Sabtu, 12 Maret 2016

Cepat

Cepat...
Orang-orang menjadi semakin cepat berlari
Berpindah-pindah tempat yang jauh tak sampai sehari
Yang terkadang dapat dilakukan sesuka hati
Tapi jarang sekali mereka menggunakan kaki
Bukan pula kuda yang berlari
Melainkan kotak-kotak metal beroda yang ditempati
Yang melindungi dari semburan hujan dan sengatan matahari

Kecepatan itu membuat urusan bisa jadi mudah
Namun bukan berarti tanpa masalah
Kini lebih mudah mati di jalan daripada di rumah
Dengan kondisi yang berdarah-darah

Bertengkar pun jadi semakin mudah di jalan
Bahkan tak jarang berujung pada pembunuhan
Tak sedikit pula yang pergi bisa berjalan
Pulangnya menjadi tak bisa berjalan

Pelayaran Terakhir

Hanya tinggal beberapa menit lagi
Hari ini akan menjadi yang terakhir
Terakhir bagi kita mengisi buku cerita
Cerita tentang tawa dan tangis hidup kita

Tunggu dulu... kita masih belum percaya
Apakah ini nyata?
Ketika sesuatu itu menghantam kapal ini
Kemudian orang-orang berlarian sambil berteriak
Berusaha untuk tetap hidup bagaimanapun caranya
Perlahan tapi pasti, air akan memenuhi setiap ruangan
Lalu mengirim kita ke dasar laut
Ya ini nyata!

Kita sadar bahwa tak ada satupun cara
Mencegah kita mengisi cerita terakhir di buku cerita kita
Mari kita isi lembaran terakhir ini
Sebelum dasar laut menjadi kuburan kita

Kamis, 10 Maret 2016

Janji untuk Tetap Kuat

Nyata sudah mereka hadir di hadapan kita
Dengan pedang terhunus berkilauan terkena cahaya matahari
Mereka yang sering diceritakan, para kaum bertopeng
Tak ada cara untuk menghindar, tak ada
Hanya menghadapi mereka cara untuk menyelamatkan diri

Sekarang aku bertanya padamu
Apa kamu mau tetap berada disisiku
Bersama bertempur meski tidak tahu apa kita akan selamat
Berjanjilah untuk tetap kuat
Kuat mempertahankan kesetiaan kita pada diraja
Percayalah, meski mereka mampu menghabisi kita semua
Mereka takkan bisa memusnahkan jiwa kita semua
Jiwa-jiwa itu akan terus mengalir pada penerus kita kelak

Hidup lebih lama lagi diraja!

Rabu, 09 Maret 2016

Nilai Air

Air...
Bagaimana aku bisa hidup tanpa air?
Apalah artinya “yang melimpah” kalau tanpa air?
Tidak ada... semuanya percuma
Percuma kalau tidak ada air
Air... tetaplah ada, meski banyak yang mengutuk
Menuduh kalau kalian adalah sumber dari berbagai musibah
Mungkin mereka belum tahu atau tidak mau tahu
Betapa... betapa tidak ternilainya air

Berkah Air

Air... betapa tak ternilai harganya
Tanpa itu, semua menjadi tak berarti
Aku sangat bersyukur atas berlimpahnya air
Turun melalui hujan
Mengalir melalui sungai
Naik melalui sumur
Merembes melalui pegunungan
Bahagianya ketika kulihat kebun yang berkilauan setelah hujan
Bahagianya ketika kulihat embun yang tersinari cahaya matahari
Entah bagaimana kuungkapkan semuanya
Aku hanya bersyukur akan berkah air

Sabtu, 05 Maret 2016

Pernahkah

Pernahkah kamu merasa...
Telah terlalu jauh mengejar semua keinginanmu...
Hingga kamu mengatakan: aku belum puas dengan semua ini...
Dan aku ingin, ingin lagi yang lebih banyak...
Lebih banyak lagi, lagi dan lagi...

Pernahkah kamu merasa...
Semua usahamu, dan keinginanmu...
Hanya berpusat pada dirimu sendiri...
Seakan kamu adalah satu-satunya bintang...
Yang bersinar di alam semesta ini...

Pernahkah kamu merasa...
Begitu banyak orang yang kamu korbankan...
Dan mereka tak tahu berkorban untuk siapa dan apa...
Hanya bertanya-tanya dan bertanya-tanya mereka...
Untuk apa kita berjuang kalau semua ini bualan belaka...

Pernahkah kamu merasa, pernahkah?

Kamis, 03 Maret 2016

Penggaris yang Bergerak Sendiri

Hoam! Arya terbangun dari tidur sebentarnya. Dikucek-kucek matanya, kemudian dia melihat penggaris di meja bergerak-gerak sendiri.

Arya meliuk ke kanan-kirinya, tidak ada siapapun. Semua teman-teman sekelasnya sedang berada diluar, menikmati jam istirahat.

“Apa-apaan ini?” Katanya.

Dia menahan penggaris tersebut, pergerakan berhenti.

Dia melepasnya, penggaris kembali bergerak kesana-kemari.

“Jangan-jangan ini kerjaan setan yang diceritain Pak Didin.”

Lalu dia bangkit dari bangkunya. Penggaris berhenti bergerak, tapi tidak dipedulikan.

Saat berjalan menuju pintu, terdengar suara cekikikan. Setelah dicari, berasal dari tempat duduk Arya. Disana Boni sedang jongkok dibawah mejanya.

“Hahaha, vis bro!” Kata Boni.

“Ngapain kamu disana?” Tanya Arya.

“Hanya menjahilimu pake ini....” jawabnya sambil memegang sebatang magnet.

Ternyata Bonilah yang dari tadi menggerak-gerakkan penggaris Arya yang terbuat dari besi menggunakan magnetnya.

Boni lalu mengajak Arya keluar dari kelas dan jajan di kantin.

Rabu, 02 Maret 2016

Peribahasa yang Terlupakan

Ketika aku melihat ke sekeliling
Aku sadar ada yang terlupakan
Kenapa? Karena aku merasa aneh
Saat yang jauh terasa familiar
Tapi yang dekat terasa asing
Itulah kenapa aku merasa aneh
Aku melupakan suatu peribahasa
Semut di seberang lautan tampak
Gajah di pelupuk mata tak tampak

Urang Mah Naon Atuh

Urang boga loba duit ekeur dibalanjaan
Urang boga loba babaturan ekeur dimangpaatkeun
Urang boga loba kadaharan ekeur didahar
Urang boga loba inuman ekeur diinum
Urang boga loba imah ekeur ditempatan
Urang boga loba tumpakan ekeur ditumpakan
Urang boga loba tempat wisata ekeur didatangan
Urang boga loba uteuk jeung otot ekeur digunakeun
Tapi urang mah naon atuh
Kabéhanana moal aya gunana
Lamun urang henteu patuh ka Tuhan nu Maha Ésa