Brak!
Suara pintu dibanting yang menggetarkan jendela, terdengar sangat jelas. Eka
berlari menyusuri kamar-kamar kos di sebelah kirinya. Wajahnya terlihat merah
dengan kedua matanya yang terbuka lebar.
Dia
mengetuk beberapa kamar, tapi tidak ada respon. Keadaan begitu sepi, seakan
seluruh penghuninya tidak berada di dalam. Padahal bukan hari libur.
Di
depan, dia bertemu dengan Dadan, pemilik warung sebelah yang dekat dengan para
penghuni kos.
“Neng
Eka, sore gini kok lari-lari kayak dikejar hantu, ada apa?”
Eka
memegang pundak Dadan. “Pak... tolong saya pak...” Nafasnya tersengal-sengal
sambil menunjuk-nunjuk ke arah kosan.
“Gina
pak... Gina...”
“Kenapa?”
“Dia
bunuh diri di kamar.”
Beberapa
saat kemudian, datang Hani, teman kuliahnya, tapi tidak ngekos disana.
“Hey ada
apa sepertinya ada masalah?”
“Ah
nanti dijelasin neng, sekarang ikut aja ke dalam!”
***
Mereka
bertiga berlari menuju kamar yang terletak di ujung.
Dengan
wajah tegang, Dadan dan Hani memasuki kamar tersebut.
“Hah...
mana?” Tanya Hani.
Eka
menggaruk-garuk kepalanya kebingungan. “Tadi disini...tadi disini dia gantung
diri pake kabel!”
“Tapi
ini gak ada neng?” Kata Dadan.
“Kamu
ngelindur?” Tanya Hani.
“Aku gak
bohong Ni, tadi aku bener-bener ngeliat dia ngegantung disini... disini!”
“Ah kamu
mungkin lagi stres gara-gara kebanyakan tugas, gapunya uang, atau lagi guntreng
sama si aa.” Kata Hani sambil memegang pangkal lengan kanan Eka. “Udah sekarang
mah gini aja, kita ke warung Pak Dadan nenangin diri, tenang, ntar aku yang
bayar.”
***
Mereka
bertiga berjalan pelan. Dadan dan Hani meliuk-liuk ke setiap penjuru.
“Sepi
sekali.” Kata Dadan.
Wajah Eka masih tampak bingung, dia tidak percaya dengan apa yang
baru saja dilihatnya.
Hani memegang pundaknya, “Menurut penelitian, dibanding laki-laki,
perempuan lebih mudah berhalusinasi ketika mengalami masalah. Itulah kenapa
perempuan tidak boleh melakukan pekerjaan berat yang menguras banyak tenaga,
baik pikiran maupun fisik.”
Eka tidak membalas omongan Hani.
“Ada juga yang bilang kalau untuk menyadarkan orang yang sedang
berhalusinasi, seperti tidak merespon pembicaraan temannya adalah...”
“Dengan menceburkannya ke air!”
Hani mendorong Eka ke sebuah kolam ikan disampingnya. Beruntung
ikan di kolam tersebut sedang tidak ada.
Eka langsung bangkit dan memandang ke arah Hani sambil menyibak
rambutnya yang basah menutupi mata. Dia melihat beberapa orang yang dikenalnya
keluar dari kamar kos. Beberapa dari mereka membawa kertas besar yang
bertuliskan: SELAMAT ULANG TAHUN YANG KE-20 EKA
Kemudian datang Gina sambil membawa bolu yang sudah dipasangi
lilin yang menyala. Dia menyodorkannya pada Eka yang masih terpaku di kolam.
“Tiup Ka!” Kata Gina.
“Liat itu zombie nyuruh niup lilin.” Kata Hani.
Eka meniup lilinnya sambil senyam-senyum. “Sialan, aku lupa kalau
sekarang bulan April.” Gerutunya dalam hati.
“Wah konspirasi tingkat tinggi sampe ngelibatin Pak Dadan.” Kata
Eka.
“Hehe... maap neng...” kata Dadan.
Para penghuni kos yang lain keluar dari dalam kamarnya menonton
Eka sambil tertawa-tawa.
Gina terus cekikikan puas meski terkadang mengusap-ngusap lehernya
yang nampak merah.
“Untung dia gak lama-lama ngeliatin aku ngegantung, kalo iya, bisa
mati beneran aku.” Katanya dalam hati.